✔ Celaka! Kita Meniru Barat Bukan Teknologinya, TAPI Budayanya - Juragan Do'a -->

✔ Celaka! Kita Meniru Barat Bukan Teknologinya, TAPI Budayanya

Daftar Isi [Tampil]

Kita Meniru Barat Bukan Teknologinya, TAPI Kebudayaanya | Ceramah KH Zainudin MZ - Saya katakan tadi di samping, kita menghadapi Perang aqidah, kita pun berhadapan di dalam perang menghadapi peradaban dan kebudayaan.

Yang bukan saja menjauhkan kita dari agama, tetapi sanggup menghancurkan moral daripada anak-anak kita. Secara pribadi saya kagum, misalnya dengan kemajuan yang diperoleh oleh Negara Tetangga kita, Jepang misalnya.

Baca Juga Ceramah Sebelumnya: ✔ Guru Yang Utama Adalah Rumahtangga - Ceramah KH Zainudin MZ

Padahal Tahun 45 Ia pun hancur lebur oleh meledaknya atom di Hiroshima dan Nagasaki, tapi bagai satu tenaga raksasa, kemudian Jepang bangkit menjadi satu negara Super Power di Asia.

Bahkan gurunya saja Amerika sekarang ini kewalahan menghadapi Perang dagang dengan Jepang ini, dan yang menariknya Jepang bisa maju dan modern dengan tetap menjadi Jepang, tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai satu bangsa, tanpa harus kehilangan kepribadiannya sebagai satu bangsa.

kita meniru barat bukan teknologinya atau kebudayaanya celaka


Sebagai negara yang sedang berkembang kita sering latah, kita ingin meniru barat tapi bukan teknologinya tapi westernisasinya yang kita tiru, bukan isinya tapi kulitnya yang kita ambil. Akibatnya apa modernnya belum, orangnya sudah barat bergaulnya, sudah cara barat berumah tangganya, sudah cara berat berpakaiannya, sudah cara barat mendidik anaknya.

Dimana ketemu dengan orang tua cukup "Hello Deddy!"

Kulitnya kita ambil, sementara isinya kita campakkan Ironi dan menyedihkan. Padahal kita sesungguhnya bisa maju dan modern, bisa mengejar segala ketertinggalan dan keterbelakangan kita. dengan tetap menjaga nilai-nilai Luhur budaya kita sebagai satu bangsa.

Mengambil isinya dan kalau memang tidak perlu lalu mencampakkan kulitnya, pengaruh peradaban dan kebudayaan yang menghancurkan moral dari pada anak-anak kita, oleh pesatnya arus teknologi oleh, pesatnya arus komunikasi dimana hal-hal yang terjadi di belahan dunia lain dapat kita saksikan hari ini juga melalui layar Televisi dan Internet dari Gedget.

Yang terjadi di Amerika, di Eropa, di Afrika, di ujung dunia yang paling ujung sekalipun di ujung dunia yang paling ujung. Hari ini kejadian hari ini sudah bisa kita saksikan. 

Pesatnya arus komunikasi, kalau jatuh ke tangan anak-anak kita yang belum mempunyai filter daya saring positif, akan dicerna oleh mereka tanpa memilah dan memilih. Akibatnya orang kampung bilang

"Kalau lo makan nggak dikunyah lagi tentu saja akhirnya kelolodan"

Kalau sudah kelolodan menyusahkan kita seluruhnya.

Oleh karena itu budaya menghormati orangtua, perlu dijaga perlu dipelihara dan diwariskan kepada anak-anak kita. Tali silaturahmi sehingga ada respeknya kepada orangtuanya. 

Jangan Bapaknya ngk dianggap CS, Ibunya ngk dianggap CS, Kakeknya dianggap CS. Hilang rasa respek, hilang rasa menghormati.

Sementara orangtua sendiri tidak bisa memberikan keteladanan, kurang mendapat perhatian dan lain sebagainya.

Apalagi kalau baik Ibu maupun Bapak adalah orang-orang karir, yang setiap hari sibuk menghadapi tugas masing-masing. Bapak sibuk rapat, pindah kantor sana kantor sini. Ibu sibuk arisan, besarlah anak-anak ditangan pembantu dan lain sebagainya.

Baca Juga Ceramah Sebelumnya: ✔ Mendidik Anak Cara Lukmanul Hakim Dalam Al-Qur'an - Ceramah KH. Zainudin MZ

Sehingga dia merasa kurang mendapat perhatian dan ini akan ikut membentuk warna dari kepribadian yang dimilikinya.

Sampai kepada pelosok-pelosok Desa, jaringan televisi memang menguntungkan. Tapi kalau sudah sampai kepada menayangkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan pola mereka, tinggal pola lingkungannya dan ingin mereka terapkan dalam kehidupan. Ironi dan menyedihkan.

Maka sering dikatakan, jikalau ABRI masuk desa rakyat beruntung, jika lo listrik masuk desa rumah jadi terang, jikalau koran masuk desa rakyat jadi cerdas, jikalau Hakim masuk desa rakyat lalu sadar hukum. Tapi jikalau maksiat dan munkaroot masuk desa, minuman keras masuk desa, judi masuk desa, pelacuran masuk desa rakyat tentu kiamat.

Dan kita harus punya budaya untuk memilah dan memilih, mempunyai filter untuk jadi daya saring positif. Oleh karena itu saudara-saudara, tahap kedua setelah menanamkan jiwa tauhid kepada anak tanamkan rasa hormat kepada orang tuanya, orang tua itu ibu-bapaknya, orang tua itu guru-gurunya yang mengajarkan dia, atau yang dianggap tua, yang lebih senior dari dia.

Salam - Juragan Doa

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel