✔ Guru Yang Utama Adalah Rumahtangga - Ceramah KH Zainudin MZ - Juragan Do'a -->

✔ Guru Yang Utama Adalah Rumahtangga - Ceramah KH Zainudin MZ

Daftar Isi [Tampil]

Guru yang paling utama adalah Keluarga | Ceramah KH Zainudin MZ - Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah..

Kenapa kita lebih dahulukan menanamkan jiwa/roh dan semangat tauhid ini kepada anak-anak kita? 

Pertama kita tidak hanya ingin sekedar mempunyai anak yang pintar, tetapi lebih daripada itu kita pun ingin mempunyai anak yang benar. Segala macam disiplin ilmu, segala macam bentuk penalaran ilmiah dan pengisian intelektualitas manusia mungkin di satu sisi akan membuat dia pintar, tapi disisi lain belum tentu akan membuat dia benar.

guru yang paling utama adalah rumahtangga atau keluarga


Nabi pernah memberikan peringatan;

Orang yang hanya bertambah ilmu pengetahuannya, tapi tidak bertambah Hidayah dari Allah. Tidak makin mantap keimanannya, maka seluruh nilai-nilai ilmunya hanya akan menjauhkan dia dari Allah subhanahu wata'ala. Ini adalah lebih merupakan azab daripada nikmat.

Kalau kita diberikan ilmu pengetahuan yang hanya akan menyebabkan kita semakin jauh dari Allah subhanahuwata'ala.

Kedua sesungguhnya ruh jiwa dan semangat tauhid yang melekat dalam diri anak, pada puncaknya akan melahirkan satu disiplin murni yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri. Dimana si anak dalam kehidupannya merasakan dimanapun dia berada, kemanapun dia pergi. Ia selalu merasakan kehadiran Allah dekat dalam hidupnya.

Baca Juga Sebelumnya: ✔ Mendidik Anak Cara Lukmanul Hakim Dalam Al-Qur'an - Ceramah KH. Zainudin MZ

Ia sadar sesadar sadarnya bahwa tidak ada satu perbuatan yang bagaimanapun kecilnya yang bisa disembunyikan dari kekuasaan Allah subhanahuwata'ala.

Yang ketiga dengan penanaman Roh/Jiwa dan semangat Iman

Maka diharapkan anak-anak nanti pada pertumbuhannya sanggup mengendalikan hawa nafsunya, dengan kata lain bahwa, penanaman jiwa tauhid penanaman roh dan semangat keimanan ini merupakan kondisi dasar yang harus dilakukan sebelum yang lain-lainnya.

Kemudian pendidikan kedua yang diberikan oleh Al-qur'an melalui contoh dan model dengan Luqmanulhakim ini,  setelah menanamkan tauhid di tanamkanlah kepada si anak ini rasa hormat kepada orang tuanya. 

Dan kami wasiatkan kepada manusia untuk berbakti kepada ibu bapaknya

Karena ibunya telah mengandungnya dengan kepayahan diatas kepayahan, maksudnya dengan kepayahan dan kelelahan yang berlipat ganda. 

Sehingga ketika Rasul ditanyakan orang;

Ya Rasul di apa yang paling harus saya taati di dunia ini? Beliau menjawab 

"Ibumu"

Kemudian siapa lagi ya rasul?

"Ibumu" 

Setelah itu siapa lagi ya rasul

"Ibumu"

Dan kemudian siapa ya rasul

"Bapakmu"

"Ibu, ibu, ibu" baru "Bapak"

Bahkan Surga berada dibawah telapak kaki Ibu

Bagaimana menanamkan rasa hormat kepada orang tua di hati anak, tentu yang pertama bagaimana orangtua bisa memberikan keteladanan. Marilah kita sebagai orang-orang tua ini menyadari bahwa, sebelum anak kenal Sekolah Dasar, sebelum anak kenal TK Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Sampai kepada Perguruan Tingginya.

Yang pertama dia kenal adalah Lingkungan Rumah Tangganya, Gurunya adalah ibu-bapaknya.

Di sini berlakulah apa yang dinamakan keteladanan, keteladanan jauh lebih berhasil daripada sekedar teori-teori yang muluk, keteladanan jauh lebih berhasil daripada berbagai macam indoktrinasi dan penataran.

Kurangnya keteladanan akan menyebabkan anak mencari pola, apabila kita orang tua ini tidak bisa memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak kita, maka pada suatu saat anak-anak akan menganggap enteng dan kehilangan wibawa Kita sebagai orang tua di mata mereka. Dikala itu akan sangat sulit kita membentuk kepribadian mereka.

Baca Juga Sebelumnya: ✔ Kisah Orang Tua Sholeh Yang Masuk Neraka - KH Zainudin MZ

Bukankah di zaman sekarang ini kita banyak mengalami krisis wibawa, krisis figur. Ada yang karena raportnya merah melulu gurunya dikeroyok, pak guru pulang sekolah dicegat. Bahkan nyaris ada orang tua pernah dibunuh oleh anaknya sendiri dan lain sebagainya.

Kasus-kasus yang sebenarnya tidak perlu terjadi, karena memang bukan saja bertentangan dengan nilai budaya kita sebagai bangsa, tapi juga bertentangan dengan ajaran agama kita sendiri. Krisis Wibawa, krisis figur! Yang juga akibatnya harus kita sadari banyak faktor yang membentuk kepribadian anak, pergaulannya, yang dibacanya, yang ditontonnya, yang disaksikannya di dalam kehidupan.

Benar kita menyekolahkan mereka, tapi berapa jam mereka disekolah 6 jam, tujuh jam paling lama. Sedangkan mereka hidup satu hari satu malam (24 jam) Kalau cuma 7 jam disekolah, ini berarti lebih banyak dia di luar sekolah, dan di luar sekolah itu artinya rumah tangganya, temannya, lingkungan. Dimana dia tinggal yang seluruhnya sangat besar pengaruhnya dalam ikut membentuk kepribadian anak-anak kita.

Salam - Juragandoa


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel